Senin, 15 Mei 2017

#MemesonaItu Bisa Mengalahkan Diri Sendiri



Setiap orang punya ketakutan-ketakutan mereka masing-masing. Kadang ketakutan itu dapat disembunyikan, namun kadang rasa itu begitu kuat sehingga tak dapat ditutup-tutupi lagi.

Sebagai manusia biasa, saya pun punya banyak ketakutan. Salah satunya, adalah berbicara atau tampil di muka umum. Bila saya katakan ketakutan saya ini pada orang lain, hampir semuanya akan menertawakan saya. Mereka tak percaya. Tapi saya maklum. Bagaimana lagi. 

Sebagai dokter, kemampuan berbicara itu adalah salah satu kompetensi. Bagaimana menjelaskan suatu situasi pada pasien dan keluarganya sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dengan baik dan tidak timbul kesalah pahaman. Bila dokter pelit bicara, atau malas menjelaskan, atau keliru menjelaskan karena tidak cakap berbicara, maka akan rawan terjerumus dalam masalah. Walaupun sebenarnya dokter tersebut adalah dokter yang baik, yang kompeten, yang telah melakukan semua hal sesuai prosedur dan secara optimal. Namun, gara-gara komunikasi, semua dapat disalahpahami.

Demikian pula sebagai perwira. Dalam dunia militer, perwira adalah seorang pemimpin. Dia dibebani tanggung jawab untuk memimpin bawahannya, mulai dari peleton sampai batalyon, sehingga dapat bekerja sama melaksanakan tugas dan mencapai tujuan. Bila seorang pemimpin tidak dibekali dengan kemampuan komunikasi yang baik, maka satuan di bawahnya pun akan tercerai berai. Tugas tidak akan terlaksana dengan baik, dan bisa jadi bukannya mencapai tujuan, malah justru kalah perang. Amit-amit..





Tapi bagaimana lagi ... 

Kenyataannya memang seperti ini. Menjadi dokter sekaligus perwira, tidak menjamin seseorang yang tadinya gagu menjadi cerewet. Termasuk saya. Saya tetaplah orang yang takut untuk berbicara di muka umum. Terserah mau percaya atau tidak.

Tapi manusia dibekali dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Manusia dapat bereaksi secara luar biasa dalam keadaan terdesak. Saya pun tak dapat terus-terusan lari dari kenyataan. Berbicara di muka umum tak mungkin terelakkan. Dan ketika sudah terpaksa, mau tak mau, pasti tugas harus dilaksanakan juga.

Untuk mengatasi rasa campur aduk ketika hendak "tampil", persiapan materi tentu nomor satu. Kita harus menguasai betul apa yang harus kita sampaikan. Setelah itu, berlatih. Practice makes perfect. Berbicara di depan cermin adalah salah satu cara andalan sebelum presentasi. Persiapan terakhir adalah penampilan. Kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman, sehingga kita dapat berdiri atau berjalan kesana kemari bila diperlukan. Gunakan warna pakaian yang kita sukai, kerudung yang tidak licin, make-up yang nyaman dan sedikit wewangian juga dapat menunjang rasa percaya diri.

Rasa grogi akan memicu keluarnya keringat yang lebih deras daripada biasanya. Keringat bercampur bakteri pasti akhirnya jadi aroma yang tak menyenangkan. Bagaimana mau tampil percaya diri bila bau badan tak sedap?

Salah satu wewangian untuk mendongkrak rasa percaya diri yang saya suka adalah Vitalis Breeze - Success Creation. Aromanya menguarkan kombinasi floral, woody dan green leaf. Segar dan tidak terlalu manis. Warnanya yang biru juga menjadi pilihan tersendiri. Dengan keharumannya, kita menjadi tersugesti untuk tampil percaya diri dan meraih kesuksesan.

So, be brave! Karena #MemesonaItu adalah ketika kita dapat mengalahkan pertarungan melawan diri sendiri. Kalahkan ketakutan-ketakutanmu. Karena sejatinya musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.


Kamis, 13 April 2017

The Unforgettable



Pernah nonton Criminal Minds? Serial kriminal yang tayang perdana tahun 2005 dan masih diperpanjang sampai musim ke-13 tahun 2017 ini salah satu menu tontonan favorit saya. Sejak berkenalan dengan Lima Sekawan, Trio Detektif dan Pasukan Mau Tahu hampir 30 tahun yang lalu (tua ya, saya?), saya nggak doyan lagi dengan genre film atau buku selain kriminal (dan fantasi). Betewe, serial ini menyorot sisi lain FBI, yaitu divisi Behavioral Analysis Unit (BAU) yang menitikberatkan pada pengenalan profil (profiling) dari pelaku kejahatan, bukan berfokus pada kejahatan itu sendiri.

Salah satu spin-off nya, yang Suspect Behavior, ini yang agak menarik perhatian (walaupun rating-nya jeblok). Episode-episodenya menceritakan tentang upaya dari tim jagoan ini menguak misteri dari berbagai pembunuhan berantai, menemukan pelaku dengan cara mengumpulkan data dan menyusun profil dari si penjahat. Dan seringkali, ternyata yang melatar belakangi dilakukannya tindak kriminal oleh si pelaku, adalah adanya trauma masa kecil. Bully oleh teman-teman sekolah, orang tua yang abusive atau memang pernah melihat atau menjadi korban tindak kriminal sewaktu kecil.

Intinya apa? Intinya adalah, segala sesuatu yang terjadi di masa kanak-kanak, disadari ataupun tidak, dikehendaki maupun tidak, akan membekas dalam diri seseorang.

Sebagai manusia biasa kita pasti pernah merasa marah akan sesuatu. Pernahkah Anda menyadari, bahwa bagaimana Anda bereaksi terhadap sesuatu mencerminkan apa yang pernah Anda alami di masa lalu? Cara Anda mendidik anak-anak Anda, sama seperti cara orang tua Anda mendidik Anda, walaupun sebenarnya Anda tidak menyukainya. Anda memarahi dan mengomeli anak-anak seperti Anda pernah diomeli sewaktu kecil. Bahkan, bukan tidak mungkin bila Anda sampai melakukan kekerasan fisik pada anak, karena sewaktu kecil Anda juga diperlakukan seperti itu.
Bukan masalah mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah tertanam selama bertahun-tahun. Memerlukan pendampingan, dukungan dari semua orang di sekitarnya dan kemauan yang luar biasa besar. Mengganti kebiasaan memukul, memaki, berteriak, mengancam, menghukum, benar-benar tidak mudah. Mengubah perilaku anak yang sudah terlanjur terkekang oleh kekerasan, atau memendam kesumat akibat bully, memerlukan jiwa dan lingkungan yang benar-benar sehat.

Maka dari itu, kalau sekarang Anda masih belum punya anak, siapkan dari sekarang metode terbaik untuk berkomunikasi dan mendidik anak. Kalau anak Anda masih kecil, selalu ingatkan diri Anda sendiri bahwa anak Anda harus mendapatkan yang terbaik yang dapat Anda berikan. Bila anak Anda sudah beranjak besar dan Anda sudah terlanjur sering memarahinya, jangan segan untuk meminta maaf. Datangi dia, usap kepalanya, peluklah dengan penuh penyesalan. Biarkan dia mendengar Anda berjanji bahwa Anda akan berubah. Anak akan selalu memaafkan. Tapi luka yang sudah terlanjur tertera tak akan bisa terhapus lagi. Berusaha saja agar tak menorehkan luka yang baru, atau memperdalam luka yang telah ada.

Kalau Anda sudah mengetahui bahwa apa yang Anda lakukan salah, tetapi Anda tidak dapat mengubahnya, itu artinya Anda yang butuh bantuan.

Kamis, 06 April 2017

#MemesonaItu Berani Anti Mainstream



Leona kecil, tumbuh dewasa dalam didikan yang keras dari orang tuanya. Keluarga sekuler yang sangat disiplin. Leona dan tiga kakaknya diharuskan untuk mematuhi segala peraturan yang ditetapkan oleh kedua orang tuanya tanpa kesalahan sedikitpun. Apabila terjadi pelanggaran sekecil apapun, pasti ada konsekuensinya. Tidak menerima alasan apapun, entah itu disengaja ataupun tidak, apakah itu benar-benar kesalahan dari anak-anak sendiri atau bukan. Selama ada peraturan yang dilanggar, pasti akan ada hukuman.

Dari sana Leona bersaudara dikenalkan pada dunia. Mereka dipersiapkan untuk bertarung. Untuk selalu siap menghadapi kehidupan yang kejam. Tidak ada waktu bermanja-manja. Semua harus sesuai jadwal, tepat sempurna. Harus mendengar dan melaksanakan instruksi, tidak boleh membantah, tidak bisa mengeluarkan pendapat, keinginan atau argumen. Harus langsung pulang setelah sekolah, tak boleh bermain-main, tak ada waktu bersenang-senang. Dengan cara ini Leona dan kakak-kakaknya menyelesaikan sekolah dengan lancar dan sukses. Nilai-nilai sempurna, tidak pernah lepas dari 3 terbaik, masuk kuliah jurusan favorit, lulus dengan  pujian, bekerja di perusahaan besar dan meniti karier dengan baik. Bagi orang tuanya, #MemesonaItu cantik dan pintar. Bagi keluarganya, #MemesonaItu selalu berprestasi dan membanggakan. Bagi Ayah dan Ibunya, anak gadis yang #MemesonaItu adalah yang sesuai gambaran umum, langsing, semampai, penampilan rapi, tutur kata baik, sopan santun dan pintar. Sekolah dengan benar, berprestasi, lulus tepat waktu, langsung bekerja, menikah, punya anak, dan seterusnya. Seperti itulah Leona tumbuh dan patuh.

Akhirnya, ketiga kakak lelaki Leona satu persatu menikah dan hidup terpisah dari orang tua. Tinggallah Leona sendiri bersama Ayah dan Ibu yang mulai tua. Leona pun telah bekerja. Sudah ada pria mapan yang direstui oleh orang tua Leona yang akan meminangnya tak lama lagi. Dia akan mulai membina keluarganya sendiri. Tapi ada ketakutan terpendam jauh di lubuk hati Leona. Dia takut gagal. Dia takut keluarga kecilnya nanti tidak seperti yang diharapkan oleh orang tuanya. Kakak-kakaknya pria, tidak terlalu terlibat secara langsung dengan anak-anak mereka karena mereka lebih banyak bekerja. Dibawah pengelolaan istri mereka, sejauh ini keluarga mereka baik-baik saja. Tapi Leona perempuan. Dia akan jadi seorang Ibu. Bagaimana kalau dia tidak bisa jadi Ibu yang baik? Bagaimana kalau anak-anaknya nanti nakal-nakal dan tidak berprestasi? Bagaimana kalau dia nanti tidak berhasil mendidik dan membangun keluarga seperti kakak-kakaknya? Semua pertanyaan dan ketakutan itu terus menghantui Leona.

Tapi untungnya Leona bukan gadis lemah. Dia tidak mau ditaklukkan oleh ketakutan-ketakutan itu. Dia bertekad untuk mengatasi kegamangannya. Dia tidak ingin hidupnya berlalu begitu saja, tanpa kesan, tanpa jejak. Leona ingin meninggalkan arti. Setidaknya bagi orang-orang di sekelilingnya.

"Leona, kenapa kamu pakai kerudung? Nanti sulit cari kerja lho. Gak ada cowok yang berani deketin kamu. Jadi perawan tua lho.." ujar Ibunya ketika Leona memutuskan untuk berhijab. Leona hanya tersenyum. Disampaikannya dasar-dasar perintah yang mewajibkannya berhijab tanpa bermaksud untuk menggurui. Sebisa mungkin dia tak ingin menyinggung perasaan Ibunya.

"Resign? Setelah beberapa tahun kerja, sampai di posisi ini, gaji sebesar ini, sekarang mau berhenti? Apa yang mau kamu cari, Leona?" protes Ayahnya ketika Leona menyampaikan niatnya untuk berhenti dari pekerjaannya. Diutarakannya alasan bahwa pekerjaannya saat ini sangat dekat dengan riba. Leona sebisa mungkin menjauhi dosa besar. Dia ingin mencari pekerjaan lain yang lebih berkah. Diyakinkannya Ayahnya agar merestui keinginannya itu.

"Mengajar? Di Yayasan Agama Islam? Mau ngajar apa kamu disana? Kamu kan gak punya latar belakang pendidikan agama? Lagian dibayar berapa kamu disana? Sukarela?" nyinyir tantenya ketika tahu dimana Leona akan bekerja setelah berhenti dari tempat kerja sebelumnya. Sambil tetap tersenyum dengan sabar, dijelaskannya bahwa dia hanya ingin mencari pekerjaan yang halal, berkah dan mengamalkan ilmu untuk amal jariyah. Dia tidak peduli pada bayaran karena dia sangat percaya bahwa rizki sudah diatur sepenuhnya oleh Tuhan.

"Kamu sudah hampir umur 30, kenapa gak cari pacar? Mau sampai kapan membujang? Mau tunggu pangeran datang naik kuda putih melamarmu?" desak tantenya yang lain ketika Leona tak menunjukkan gelagat bahwa dia sedang dekat dengan pria manapun. Leona menyampaikan lagi bahwa dia tak mau berpacaran. Dia ingin langsung menikah pada pria baik yang datang melamarnya. Sementara ini dia ingin merawat Ayah dan Ibunya yang semakin tua.

"Kok mau sih kamu susah payah ngurus orang tua sendirian gitu? Kenapa gak sewa suster, atau titip di panti jompo aja? Sudah pikun, lemah, sakit-sakitan, gak bisa ngapa-ngapain. Lagian kan mereka dulu galak banget sama kamu. Kita sering tahu kamu dan kakak-kakakmu dihajar pakai gagang sapu kalau berbuat kesalahan. Sampai sekarang pun mereka bisanya cuma marah-marah kan, karena pikunnya itu. Kapan kamu punya waktu buat dirimu sendiri?" bisik tetangganya suatu kali. Leona pun menjelaskan lagi, bahwa sudah jadi kewajiban anak untuk berbakti pada orang tua. Hutang anak pada orang tua tak akan bisa terbalas dengan bakti seperti apapun. Kalaupun mereka dulu mendidik anak-anak mereka dengan cara yang salah, itu bukan sepenuhnya salah mereka. Mungkin hanya itu cara mendidik yang mereka tahu. Semua dilakukan agar anak-anak mereka tidak salah jalan. Sekarang giliran anak-anaknya yang mengurus mereka. Dan karena kakak-kakak Leona berada jauh di kota lain, maka Leona lah yang akan mengambil alih tanggung jawab itu. Leona sama sekali tak keberatan, karena berbakti pada orang tua jelas besar pahalanya.

Dan ketika akhirnya orang tua Leona satu persatu dipanggil oleh Tuhan, Leona tetap bersabar dan mendoakan kelapangan untuk keduanya. Sampai beberapa lama Leona tetap tinggal sendiri di rumah itu, menjalani hari-harinya seperti biasa. Mengajar anak-anak mengaji, memberi makan gelandangan dan orang miskin, menyerukan kebaikan menjauhi riba, memasyarakatkan hijab dan membaca Al-Qur'an, tanpa pernah khawatir akan hidupnya sendiri.

"Tidak, saya tidak mau merepotkan saudara-saudara saya. Mereka memang sudah mapan. Tetapi saya tak mau membebani mereka. Mereka sudah punya keluarga masing-masing untuk diurus. Biarlah saya menyibukkan diri dengan pekerjaan saya sekarang. Menyibukkan diri dengan Tuhan saya. Mengisi hati dengan cinta pada-Nya. Saya puas saya sudah bisa keluar dari doktrin lama orang tua saya tentang kehidupan ideal menurut mereka, dan bisa menjalani hidup saya sesuai keinginan saya. Seandainya pun saya diijinkan untuk membina keluarga saya sendiri kelak, saya pun tak akan mendidik anak-anak saya seperti orang tua saya mendidik saya. Saya berterimakasih pada orang tua saya karena mereka telah membuat saya jadi seperti ini, tetapi saya tak akan menerapkan cara mereka dalam mendidik anak-anak dan membina rumah tangga."

Itulah Leona kini. Begitulah cara pandang Leona pada kehidupan. Baginya, #MemesonaItu bukan lagi seperti apa yang dulu ditanamkan padanya. Tetapi, #MemesonaItu adalah bisa menjalani hidup seperti apa yang diinginkan. Tidak perlu mengikuti norma kebanyakan bila itu tidak sesuai dengan hati nuranimu. Tidak harus terpaku pada nilai-nilai duniawi. Bagi Leona, #MemesonaItu adalah hati yang terang oleh hidayah, rasa yang dipenuhi cinta pada sesama dan Tuhan, semangat yang membara untuk berhijrah menuju kebaikan, konsistensi yang tak kenal lelah untuk berdakwah, menyeru pada kebaikan, dan tujuan yang tak terbelokkan oleh gemerlap kilau dunia. Bagi Leona, #MemesonaItu adalah berjalan menuju surga bersama sebanyak mungkin sahabat yang disayanginya. Lepas bebas dari penindasan dalam segala bentuknya.

Jumat, 31 Maret 2017

Lupus : Deteksi Dini, Terapi Dini, Bisa Terkendali




Lupus tak dapat disembuhkan, itu fakta. Tetapi apakah dengan menderita Lupus maka mimpi Anda harus pupus? Tentu tidak!

Lupus adalah penyakit autoimun, yaitu gangguan sistem kekebalan tubuh yang sangat berlebihan dan menyerang organ-organ tubuh penderita sendiri. Akibatnya, akan terjadi semacam ‘perang saudara’ dalam tubuh penderita, akibat sel-sel kekebalan yang seharusnya menghancurkan ‘musuh’ justru menggerogoti sel-sel saudara sendiri. Itu terjadi karena fungsi untuk mengenali dan membedakan antara sel asing dan sel saudara sendiri tidak terbentuk dengan baik.
Gejala dari lupus amat sangat tidak spesifik. Bisa menyerupai gejala dari penyakit lain. Lantas, bagaimana bisa mengenali secara dini bila gejalanya saja susah dikenali? Ada satu metode sederhana untuk deteksi dini Lupus, yaitu SALURI (Periksa Lupus Sendiri).
  1. Demam lebih dari 38’C dengan sebab yang tidak jelas.
  2. Rasa lelah dan lemah berlebihan.
  3. Sensitif terhadap sinar matahari.
  4. Rambut rontok.
  5. Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu di wajah yang sayapnya melintang dari pipi ke pipi.
  6. Ruam kemerahan di kulit.
  7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh terutama di atap rongga mulut.
  8. Nyeri dan bengkak pada persendian terutama di lengan dan tungkai, menyerang lebih dari dua sendi dalam jangka waktu lama.
  9. Ujung jari-jari tangan dan kaki menjadi pucat hingga kebiruan saat udara dingin.
  10. Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik napas.
  11. Kejang atau kelainan saraf lainnya.
Bila Anda menemukan setidaknya 4 gejala di atas, maka Anda dapat berkonsultasi lebih lanjut ke dokter pemerhati Lupus terdekat. Sangat penting untuk mengenali gejala Lupus sedini mungkin, agar dokter dapat menegakkan diagnosis dengan cepat pula. Diagnosis yang cepat dan tepat, maka terapi yang diberikan akan optimal. Terapi optimal yang diberikan sedini mungkin, maka peluang untuk ‘menjinakkan’ lupus tentu akan lebih besar.
Ingat! Lupus tidak menular dan tidak diturunkan. Lupus memang belum dapat disembuhkan, tetapi sangat bisa dikendalikan. Bila telah terkendali, maka penderita Lupus tak perlu khawatir akan kehilangan cita-cita atau masa depan lagi. Anda dapat tetap berprestasi dan berkarier seperti orang sehat lainnya.


SEMANGAT

Setelah Implan Koklea, Selanjutnya Apa?



Bagi orang tua yang dikaruniai putra/putri dengan gangguan dengar, salah satu harapan terbesar adalah memberikan implan koklea bagi Ananda tercinta. Implan koklea adalah penanaman alat bantu dengar buatan, yang diletakkan didalam rumah siput di telinga bagian dalam. Fungsinya adalah menggantikan sel-sel rambut yang rusak, yang berfungsi menangkap gelombang suara, mengubahnya menjadi sinyal-sinyal elektrik, dan meneruskannya melalui saraf pendengaran ke otak. Tetapi, apakah dengan implan koklea saja maka semuanya pasti beres? Apakah implan koklea adalah tujuan akhir perjuangan Ayah Bunda?

Berikut ini adalah hal-hal yang masih harus dilakukan dan diperjuangkan pasca pemasangan implan koklea, bersama dengan buah hati Anda:

1. Perawatan alat

Implan koklea terdiri dari beberapa bagian kecil. Biasanya terdiri dari prosesor, baterai, penutup mikrofon, kabel, koil dan magnet. Tiap-tiap bagian memerlukan perawatan agar tetap dapat berfungsi dengan baik. Pengeringan tiap malam, pengisian daya dari baterai, dan pembersihan koil harus dilakukan dengan cermat dan rutin.

2. Penggantian suku cadang

Prosesor dapat bertahan hingga puluhan tahun. Tetapi, suku cadang lainnya, harus diganti secara berkala. Misalnya penutup mikrofon, koil, kabel yang menghubungkan prosesor dan koil, magnet, dan baterai, semua memerlukan penggantian berkala. Dan harga dari masing-masing suku cadang tersebut sama sekali tidak murah. Selain penggantian suku cadang, penerima implan koklea juga harus secara berkala melakukan mapping atau programming. Untuk penerima implan yang berdomisili jauh dari penyedia layanan, hal ini cukup meyita waktu, tenaga dan dana.

3. Bila implan mengalami gangguan

Implan terdiri dari 2 bagian, yang ditanam didalam telinga, dan yang berada di luar tubuh. Untuk bagian yang tertanam dalam telinga, apabila terjadi gangguan yang memerlukan intervensi, tentunya memerlukan tindakan yang lebih invasif, yaitu pembedahan.

4. Upgrade

Teknologi implan koklea mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Setiap tahun, hampir selalu ada inovasi baru tercipta agar penerima implan dapat mendengar dengan lebih baik dari sebelumnya. Bagi orang tua yang selalu ingin memberikan yang terbaik bagi Ananda, upgrade adalah salah satunya. Tetapi, tentunya hal ini juga tidaklah murah.

5. Terapi

Ini mungkin adalah hal paling penting dari perjuangan untuk mendengar. Setelah implan, Ananda harus dikenalkan dengan suara, mengajari cara berespon, dan akhirnya cara berbicara. Bukan perjuangan yang mudah dan kilat. Tetapi merupakan gabungan kegigihan, kesabaran dan konsistensi. Terapi audiovisual yang dianjurkan adalah sesering mungkin. 2-3 kali dalam seminggu apabila memungkinkan. Disertai peran orang tua dan keluarga di rumah tentu saja, karena Ananda lebih banyak berada di rumah bersama keluarga dibandingkan dengan waktu terapi yang singkat.


***

Deteksi Dini Gangguan Mendengar pada Anak


Deteksi dini gangguan mendengar pada anak sudah dapat dilakukan sejak usia 0-3 tahun. Usia ini adalah periode emas, dimana apabila anak dengan gangguan pendengaran diberikan intervensi pada usia ini, maka ia dapat mengejar ketinggalannya dengan cepat. Ibu yang selama kehamilannya mengalami infeksi TORCHS, bayi yang menderita hiperbilirubinemia berat, dan bayi yang mengalami trauma dalam proses persalinan (misalnya melahirkan dengan forcep), dianjurkan menjalani pemeriksaan pendengaran.
Bayi lahir sudah dapat memberikan reaksi terhadap bunyi yang keras seperti terkejut, kedipan mata, berhenti menyusui, terbangun dari tidur ataupun menangis. Tetapi saat itu bayi belum dapat menentukan dari mana asal bunyi tersebut.
Dalam perjalanan hidupnya bayi akan mendapat input suara yang berada dilingkungan sekitarnya sehari-hari terus menerus seperti :
  1. Tepukan tangan
  2. Sendok yang dipukulkan pada gelas / piring
  3. Deringan telpon
  4. Bel pintu
  5. Alat bermain yang sederhana
  6. Suara percakapan anggota keluarga
Sehingga dikemudian hari bayi/anak dapat mengenali suara yang pernah didengarnya
Gangguan pendengaran pada bayi / anak dapat dikenali dengan :
  • Bayi tidak terkejut ketika ada suara keras
  • Saat tidur bayi tidak terganggu oleh suara keras/ribut
  • Usia 6 bulan belum mengoceh
  • Anak dipanggil belum menoleh
  • Belum dapat berbicara pada usia yang pada umumnya anak seharusnya sudah dapat bicara
  • Anak hanya menggunakan salah satu telinganya untuk mendengar
  • Jika berbicara dengan anak tersebut harus menggunakan suara agak keras/keras
  • Adanya perbedaan perkembangan komunikasi bila dibanding teman sebayanya
Bayi yang dicurigai tidak merespon dengan suara-suara pada usia 1-3 bulan, sudah dapat dipastikan mengalami gangguan pendengaran, maka sebaiknya Anda berkonsultasi pada  dokter THT-KL.
Pemeriksaan fungsi pendengaran secara lengkap terdiri dari beberapa tahapan. Awalnya ahli THT-KL akan memastikan bahwa anak tidak sedang batuk pilek dan liang telinga harus bersih dan anatominya normal.
Pemeriksaan tersebut terdiri dari :
  • Tympanometri
  • BOA (Behavioral Observation Audiometri)
  • Play Audiometri
  • OAE (Oto-Acoustic Emition)
  • ABR (Auditory Brainstem Response)
  • ASSR (Auditory Steady State Response)


***

Jumat, 04 November 2016

Pesan untuk Anakku

Anakku,
Saat kalian membaca tulisan ini, Ibu harap kalian sudah agak lebih dewasa dan mampu memahami apa yang Ibu maksudkan. Pesan ini Ibu tuliskan untuk kalian bertiga, semoga masih relevan hingga kalian besar nanti.

Nak,
Saat Ibu menuliskan ini, kalian masih berusia 8, 5 dan 3 tahun. Kalian masih suka berebut mainan, makanan, dan perhatian Ibu. Semua kalian perebutkan. Saat ini nampak lucu, walaupun kadang membuat ribut sampai kalian menangis bertiga; tetapi setelah kalian dewasa, Ibu harap tak ada lagi perebutan apapun diantara kalian. Kalian sedarah, sesusuan, bersaudara kandung. Apabila seorang sakit, kalian bertiga seharusnya merasakannya. Apabila seorang sedih, kalian harus saling menguatkan. Apabila seorang kekurangan, kalian harus saling memberi dan menguatkan. Demikian pula ketika kalian berada dalam kesenangan, kebahagiaan dan keberuntungan. Jangan lupakan saudara kalian yang lain. Sebab, diakhirnya, ketika tak ada lagi orang lain yang dapat kalian andalkan, saudara kalian itulah yang tertinggal untuk kalian harapkan.

Nak,
Saat ibu menuliskan ini, sedang ramai aksi damai penuntutan penegakan hukum terhadap salah seorang pejabat tanah air kita. Dia disebut telah menistakan agama Islam. Menghinakan Al-Qur'an, kitab suci kita. Tetapi ada pihak-pihak yang menunggangi, memanfaatkan aksi ini untuk kepentingan mereka sendiri, sekaligus untuk memfitnah umat Islam yang bergabung dalam aksi tersebut. Pesan Ibu, jangan terlalu mudah percaya pada berita yang kalian baca atau lihat. Harus selalu kroscek, tabayyun, konfirmasi. Tidak semua yang kalian lihat itu benar. Kembalikan pada hati nurani kalian. Ibu harap bisa membekali kalian dengan ilmu agama yang cukup, agar kalian mampu membedakan yang haq dan batil. Aksi tersebut bukanlah aksi melawan ras tertentu atau agama tertentu. Keluargamu juga terdiri dari berbagai suku, ras dan agama. Ibumu Jawa, Bapakmu Batak, Pakdhemu Bali, Om mu Osing, Budhemu Betawi, Sepupu jauhmu Padang, dan mungkin ada yang lain yang Ibu tidak tahu. Maklum, Ibu sendiri juga 'malas' bersilaturahmi. Tentu saja agama juga bermacam-macam. Jadi Ibu harap, kalian tidak mendiskriminasikan seseorang berdasarkan ras dan agama. Bergaullah seluas-luasnya, bertemanlah sebanyak-banyaknya. Tapi pilihlah orang-orang yang menjadi teman dekatmu. Jangan sembarangan. Karena teman dekatmu menunjukkan siapa dirimu.

Nak,
Kalian adalah ummat akhir zaman. Berdasarkan hadits Rasulullah, umur umat Islam hanya sekitar 1,5 hari ukuran akhirat. Alias 1500 tahun. Dan sekarang sudah tahun 1438 H. Tanda-tanda akhir zaman sudah bermunculan Nak. Mulai dari gedung-gedung pencakar langit di jazirah Arab, penyanyi wanita dimana-mana, khamr dan zina menjadi biasa, umat Islam yang berjumlah banyak namun terpecah belah dimana-mana, sampai peperangan di negeri Syam. Tak lama lagi, mungkin hujan meteor dan Ad-Dukhan akan muncul. Mengawali penderitaan umat manusia di dunia, yang apabila sudah tak tertahankan lagi, sang Dajjal al-Masih akan lepas dari belenggunya dengan seizin Allah, dan menawarkan kebahagiaan palsu pada umat yang putus asa. Ibu harap kalian tak harus mengalaminya Nak. Karena umat Islam yang imannya kuat sekalipun, tak akan sanggup melawan fitnah Dajjal. Karena itu Ibu setengah bermimpi, untuk bisa tinggal di tanah haram. Makkah atau Madinah, dan membawa kalian semua, agar tak sampai bertemu Dajjal. Walaupun, orang Islam yang munafik yang tinggal di Madinah pun, kelak akan berlarian keluar Madinah apabila datang gempa bumi ketika Dajjal muncul diatas bukit garam.

Nak,
Ibu minta maaf kalau sepanjang memori kalian, Ibu tak selalu bisa memanjakan kalian, menuruti keinginan kalian, memenuhi kebutuhan kalian, selalu ada di samping kalian. Ibu minta maaf, kalau waktu ibu tak 100% buat kalian. Karena Allah telah menganugerahi Ibu kesempatan dan ilmu di bidang Kedokteran, maka kalian terpaksa harus rela membagi Ibu kalian ini dengan pasien-pasien dan orang-orang yang memerlukan bantuan Ibu. Ibu minta maaf, kalau kalian sering harus berpindah-pindah tempat tinggal, berpindah-pindah sekolah, karena Bapak dan Ibumu adalah abdi negara di TNI, yang harus taat dan patuh melaksanakan perintah atasan apabila diperlukan. Namun, dengan segala keterbatasan Ibu, Ibu selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk kalian. Membekaskan memori terbaik yang bisa kalian dapatkan, untuk melanjutkan hidup kalian setelah Ibu tak lagi dapat mendampingi kalian nanti.

Nak,
Jadilah orang yang bermanfaat bagi sekitarmu. Jadilah orang yang dirindukan ketika kalian tak ada. Hidup ini hanya sebentar saja. Manfaatkan sebaik-baiknya untuk bekal kalian di perjalanan abadi nanti. Jelajahilah dunia, pergilah ke tempat-tempat yang ingin kalian kunjungi. Bukalah wawasan kalian seluas-luasnya. Jangan jadi manusia picik, yang berwawasan sempit, seperti katak dalam tempurung, yang serba tak tahu dan tak peka pada lingkungan. Banyak sekali hal diluar sana yang bisa kalian eksplorasi dan sangat menarik untuk diketahui. Tetapi kewajiban kalian tetap harus dilaksanakan. Sholat tepat waktu, baca al-Qur'an tiap hari, walaupun hanya selembar. Dan menuntut ilmu agama, tentu lebih utama.

Nak,
Pagi ini, dalam perjalanan ke RS ibu bertemu dengan iring-iringan pengantar jenazah. Sedikit sekali yang mengantarkan Nak. Tak sampai 30 orang. Sedih sekali melihatnya Nak. Membayangkan Ibu yang ada dalam keranda itu. Diusung cepat-cepat ke pemakaman. Tak ada sanak kerabat yang bersedih, melainkan hanya beberapa tetangga yang sekedar melaksanakan kewajiban. Sedih bukan? Oleh karena itu Nak, Ibu harap kalian memanfaatkan hidup kalian sebaik--baiknya, agar ketika kalian meninggalkan dunia nanti, ada orang-orang yang benar-benar bersedih dengan tulus karena kepergian kalian. Ada orang-orang shalih dan kerabat baik yang menshalatkan kalian. Ada anak-anak shalih yang terus mendoakan kalian. Dan ada orang-orang yang mencintai kalian dan ridha dengan kalian, sehingga kalian bisa terhindar dari fitnah kubur, dan amal yang terus mengalir, meringankan dosa, himpitan, dan kegelapan kubur kalian.

Nak,
Seandainya kalian berumur panjang, dan harus menyaksikan pedihnya huru-hara akhir zaman, ingatlah Nak, pegang teguh keimanan kalian. Islam datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing. Maka beruntunglah orang-orang yang bertahan dalam keterasingannya itu. Walaupun bagaikan menggenggam bara api, tapi bertahanlah dengan nyawa kalian, karena api di dunia sungguh tak seberapa dibandingkan dengan pedihnya api neraka. Jangan silau oleh gemerlap dunia yang menyesatkan, walaupun sungai Eufrat telah mengering, Ibu harap kalian tak termasuk orang-orang yang berburu kilauan emas di dasar nya. Kalau Ibu tak berhasil membawa kalian ke Madinah, tinggallah di pelosok desa, pulau terpencil, atau pedalaman, dan hindarilah kota besar. Ibu khawatir kalian tak sanggup berhadapan muka dengan Dajjal al Masih. Kalau kalian mendengar kabar kedatangan Imam Mahdi, berbaiatlah kepadanya, walaupun harus merangkak diatas salju. Pertahankan iman-mu, pertahankan Islam-mu..

Nak,
Sungguh yang Ibu khawatirkan hanyalah kehidupan kalian setelah dunia. Tentang urusan dunia, Ibu sama sekali tak khawatir Nak. Ibu tak akan menuntut kalian jadi orang kaya, sukses, terkenal atau jenius. Sebab semua perjalanan hidup kalian telah tertulis di Lauh Mahfuz. Ibu hanya akan terus mendoakan selama Ibu masih bernafas, agar kalian senantiasa dilindungi dari godaan syaitan, dan selamat hingga akhir usia. Ibu hanya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengenalkan kalian pada agama, dan membekali pengetahuan sebanyak yang Ibu bisa, agar bisa kalian pergunakan sebagai bekal di alam berikutnya. Ibu sungguh mencintai kalian dengan segenap jiwa dan raga, sehingga ibu berharap kita dapat berkumpul lagi di akhirat kelak sebagai orang-orang yang beruntung menghuni jannah-Nya, sebagai satu keluarga. Kalau kalian sampai ke Jannah terlebih dahulu, dan tidak melihat Ibu disana, demi Allah, carilah Ibu Nak.Carilah Ibu di neraka. Kalianlah harapan Ibu.. Sebab Ibu tak yakin amal shalih ibu mampu mengimbangi dosa-dosa yang telah Ibu perbuat.

Nak,
Ibu mencintai kalian. Apapun yang kalian lakukan, Ibu akan mendukung kalian semampu Ibu, selama masih dalam syariat Allah. Ibu sungguh beruntung bisa mengandung, melahirkan dan membesarkan kalian. Kalian adalah perhiasan paling indah yang pernah Ibu miliki. Ibu bangga telah dipercaya Allah untuk mengasuh dan mendidik kalian. Ibu harap, kalian pun tidak menyesal telah menjadi anak-anak Ibu. Terimakasih anak-anakku.. Do'a Ibu selalu menyertaimu. Semoga Allah ridha pada kalian. Aamiin..


Malang, 5 November 2016
13.14 wib

Selasa, 01 November 2016

Rindu

Sebenarnya membaca dan menulis itu kegiatan sehari-hari. Mau tidak mau, suka tidak suka, pasti harus membaca dan menulis. Entah itu sesuatu yang ilmiah atau tidak, yang bermanfaat atau sekedar iseng. Kalau sudah terbiasa membaca dan menulis, akan ada sesuatu yang mengganjal kalau terlalu lama tak melakukan kegiatan itu. Seperti aku sekarang. Sudah 2 tahun tidak blogging, karena ada kegiatan baca-tulis lain yang menyita perhatian, tetapi tetap saja ada rindu..
Melihat postingan teman-teman yang dulu tak pernah terdeteksi suka menulis, tetapi sekarang tiba-tiba menjadi rajin dan rutin menulis, dan lagi tulisan-tulisannya pun enak dibaca, membuat aku 'cemburu' dan makin ingin menulis lagi.
Banyak hal yang terjadi dalam 2 tahun ini, yang tentu saja tak bisa dituangkan sekaligus dalam satu tulisan.
Pertama, mungkin akan kuceritakan dulu tentang anakku. Maklum, emak-emak. Pasti sukanya menceritakan tentang anak. Anakku yang sulung sudah kelas 2 SD. Dia sekolah di MIN. Dengan badannya yang besar dan kegiatannya yang kurang, aku ingin mengikutkan dia di klub berkuda dan memanah, berenang, bela diri dan mengaji. Namun aku masih harus pikir-pikir lagi, karena banyak sekali pos-pos pengeluaran lain yang harus diutamakan. Anakku yang kedua sekarang di TK A. Aku tak memaksa anak-anakku untuk cepat pintar membaca, hitung atau bahasa Inggris. Semua kubiarkan saja sesuai keinginan masing-masing. Biar mereka berkembang tanpa paksaan. Dan anak bungsuku, Alina, 2 tahun. Tahun ini, dia terdiagnosa dengan profound sensorineural hearing loss alias tuli sangat berat. Dan sejak saat itu, dimulailah petualangan kami dalam dunia baru. Dunia sunyi Alina, dan perjuangannya untuk 'mendengar'. 
Bulan April 2016. Beberapa hari setelah aku selesai ujian board, kami memeriksakan Alina ke dokter karena belum ada perkembangan verbal. Dokter tumbuh kembangnya menyarankan untuk tes pendengaran, dan taraaa.. benar, Alina tuli. Setelah itu, kami konsultasi ke beberapa ahli, baik itu THT, maupun audiologist. Mereka menyarankan cochlear implant. Sesuatu yang asing buatku, namun berhasil memaksaku mencari tahu.
Aku ingin sekali membuatkan buku untuk masing-masing anakku. Mudah-mudahan ada waktu dan kekuatan. Buku berisi memoar, nasehat, dan kenangan yang bisa menemani mereka tumbuh dan dewasa.
Semoga..

Sabtu, 22 November 2014

Resurrection...

Wuih,.. Sudah setahun sejak terakhir posting.  Apa kabar dunia? Sementara aku asik dengan duniaku sendiri..
Apa saja ya, yang sudah kulalui setahun ini? Sembari menguji memori jangka panjang, mari kita review..

Sekarang aku berada di semester 5.  Sudah 6 dari 8 divisi terlewati.  Rematologi, Endokrinologi, Kardiologi, Nefrologi, Hematologi, dan sekarang Pulmonologi. Ilmu? Jangan ditanya.. Luar biasa banyaknya. Sampai tumpah-tumpah. Tak tahu apakah bisa menyesakkannya dalam otak tua ini. Yang jelas, masih banyakkkkk yang harus dipelajari lagi.

Tahun lalu, yang kuingat ada kasus dugaan malpraktik yang melibatkan beberapa sejawat, yang akhirnya memicu munculnya reaksi dari sesama dokter di seluruh Indonesia. Alhamdulillah, kasus itu berakhir baik sepertinya. Walaupun tetap saja, masih banyak permasalahan di dunia medis tercinta kita ini. Semoga ke depan semakin membaik.

Selanjutnya, awal tahun, ada rizki yang tak disangka-sangka. Saya hamil anak ketiga. Tak direncanakan tentunya, karena masih dalam masa perjuangan seperti ini, tak mungkin sengaja "menyusahkan" diri dengan hamil dan punya bayi.  Namun tentu saja tetap disyukuri, karena semua ini rizki, tak patut disesali.

Pertengahan tahun, tiba saatnya naik level, jaga IGD.  Ternyata seperti itu rasanya. Paling sibuk, dan paling tidak enak.  Sebab, saat jaga belakang, masih mungkin ada waktu istirahat, masih mungkin tidak menerima pasien baru (terutama saat ruangan sudah penuh, sehingga pasien dari IGD tidak dapat masuk ke ruangan), tapi di IGD tak mungkin tak ada pasien.  Selalu ada saja yang datang.  Mulai yang sakit ringan, sampai yang mengancam jiwa. Tapi pengalaman yang luar biasa. Menangani pasien dari awal mula sampai stabil dan layak dipindahkan ke ruangan, atau sampai meninggalnya, tentu tak dapat tergantikan.  Jaga sebulan 12 kali, dengan kehamilan yang makin membesar, Alhamdulillah semua dapat dijalani biarpun dengan susah payah. Terimakasih tentu saja buat sejawat EM, Neuro, Paru, OBG, Bedah, Anestesi dan perawat IGD semuanya.  Walaupun kadang terjadi gesekan disana sini, namun dapat diatasi dengan baik demi kemaslahatan bersama.

Selanjutnya, ada Pemilu.  Selalu bersyukur bisa menjadi "legalized golput". Tetapi walaupun tak terlibat langsung, tetap saja harus menyimak hiruk pikuknya pendukung kedua kubu. Sampai ikut "sumpeg". Beliau berdua itu kan ya manusia biasa toh ya.. Dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kenapa kok harus didukung sedemikian rupa sampai membabi buta. Kalau mau mencoba netral, pasti semua orang itu akan bisa melihat betapa banyak cacat dari kedua kandidat tersebut. Benar-benar tak pantas untuk mendapatkan dukungan sampai seperti itu.  Dan sampai sekarang pun ulah pendukung kedua kubu tersebut masih menyesaki media sosial sampai "sepet" mata bacanya. Biarlah, selama negara masih aman, biar saja mereka berdebat sesukanya..

Selanjutnya, lahirlah juga anak ketigaku. Hari Senin, 13 Oktober 2014, pukul 03.47 pagi.  Perempuan, dengan BB 3515 gram dan panjang 48 cm, dengan persalinan normal dan lancar. Alhamdulillah.. Dengan cuti yang hanya seminggu, pada hari ke-7 post partum akupun sudah jaga lagi di IGD.  Berat? Pastinya.. Meninggalkan bayi yang baru berumur 7 hari di rumah, campur aduk rasanya. Pumping ASI, mencuri waktu untuk mengantarkannya ke rumah, sambil tetap berusaha mengikuti ritme kerja yang tak pernah melonggar.. Untungnya tak lama. 2 minggu setelahnya sudah pergantian stase, dan Alhamdulillah aku ditempatkan di stase yang relatif ringan, Mengijinkanku untuk spend more time with my newborn baby.. Dan yang jelas, tidak jaga IGD sesering kemarin lagi.. Sekali lagi Alhamdulillah..

Sampai sekarang, aku masih terus bertanya-tanya, kenapa aku yang diberi stase Paru duluan.  FYI, stase Paru ini ibaratnya adalah fase "pentasbihan" sebelum sah menjadi jaga 2.  Jaga 2 adalah level tertinggi di hirarki PPDS. Dan aku merasa tak layak untuk "naik level" duluan.  Aku tetap merasa sebagai the black sheep of the family, locus minoris.. Jadi apa pertimbangannya menaikkanku duluan? Apa sekedar iba, karena pasca melahirkan kemarin aku tidak mengambil cuti, jadi aku diberi kesempatan untuk "partially cuti"? Entahlah, disyukuri saja.. Itung-itung kesempatan untuk membayar hutang tugas-tugasku yang belum selesai...

Ayo semangat!!! Harus bekerja dan belajar lebih keras dibanding teman-teman yang lain. Cepat bayar hutang, cepat selesai, cepat lulus.. Ganbatte!!!

Rabu, 27 November 2013

Dokter Adalah Dewa...

Dokter adalah dewa.
Dia tidak boleh salah, tidak boleh lupa, tidak boleh khilaf, tidak boleh lelah, tidak boleh marah, tidak boleh menuntut.

Dia harus selalu ada setiap kali dibutuhkan. Tidak perduli orangtuanya sendiri sedang kritis di Rumah Sakit karena serangan jantung atau stroke. Tidak perduli anaknya sedang diare, muntah-muntah dan dehidrasi. Tidak perduli suaminya baru kecelakaan, atau istrinya baru keguguran. Setiap kali ada telepon dari rumah sakit atau pasiennya, dia harus selalu ada dan siap membantu saat itu juga. Tidak perduli dia baru selesai jaga 24 jam, dia tetap harus melayani pasien dengan ramah, baik dan benar.

Dia tidak boleh keliru dalam mendiagnosa. Walaupun misalnya demam itu ada berjuta-juta kemungkinan diagnosanya, sesak nafas itu ada ratusan kemungkinan penyebabnya, penurunan kesadaran itu ada ribuan kausanya, tapi dokter harus tahu pasti mana yang sedang dia hadapi dan apa yang harus dia lakukan. Walaupun perjalanan penyakit itu hari ini bisa seperti ini, dan berubah jadi sesuatu yang berbeda keesokan harinya, dia juga tidak boleh keliru memikirkan kemungkinannya. Walaupun manifestasi klinis satu penyakit yang sama, bisa bermacam-macam pada orang yang berbeda, dia juga tidak boleh salah dalam hal itu. Dia harus selalu tahu. 5-7 tahun pendidikan dokter umum ditambah 4-5 tahun pendidikan spesialis harusnya sudah bisa membuat seorang dokter mengetahui segala macam penyakit di muka bumi ini dan manifestasinya pada miliaran macam penduduk bumi yang bermacam-macam ini. Dia tidak boleh pernah lupa sedikitpun apa-apa yang sudah pernah dia ketahui dari ratusan textbook yang pernah dia baca.

Dia tidak boleh menggerutu walaupun pasien datang jam 2 atau 3 pagi ke UGD hanya karena batuk pilek. Dia tidak boleh kesal meskipun keluarga pasien mengomelinya dan memperlakukannya dengan  tidak menyenangkan, karena mereka harus selalu mengalah, pasien datang dalam keadaan sakit, tidak nyaman, ingin pertolongan, jadi dia harus selalu siap setiap saat dengan wajah ramah, sikap yang hangat dan sabar sepanjang masa.

Dia harus bisa meramal. Apakah seorang pasien akan sembuh, menderita efek samping dari obat yang diberikan, atau mengalami komplikasi. Dia harus tahu itu semua.
Dia tidak boleh menuntut. Walaupun imbalannya cuma 2000/pasien, atau 2 juta rupiah perbulan dengan jam kerja tanpa batas dan tak kenal lelah. Dia harus terima itu semua.
Dia sudah memilih jadi dokter, dia harus siap dengan segala konsekuensinya. Kalau tidak, ya berhenti saja jadi dokter.

*****

Semoga pendidikan dokter di dunia ini bisa gratis, jadi semua orang bisa belajar medis, jadi bisa merasakan bagaimana jadi kami... Tidak asal bicara, menyalahkan dan menuntut. Amin.